Sabtu, 23 Juli 2016

DEBUS BANTEN : KESENIAN KUNO BERBALUT MISTIS

Siapa yang belum pernah mendengar debus? Istilah ini dipopulerkan pertama kali pada masa kejayaan kesultanan Banten yang dipimpin oleh seorang raja bernama Pangeran Maulana Hasanudin antara tahun 1532 hingga penghujung tahun 1570. Seperti kita ketahui bersama, Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui Banten sebagai pintu masuk utama, jauh sebelum kapal-kapal VOC bersandar di pelabuhan Sunda Kelapa. Islam diperkenalkan lewat proses perdagangan antara penduduk pribumi dengan para pengusaha dari Jazirah Arab dan Gujarat India. Maka tak aneh apabila kebudayaan kita sekarang sedikit dipengaruhi budaya-budaya dari Timur Tengah, seperti kesenian Debus Banten ini. 
Pagi itu, Minggu, 29 Mei 2016 mendung menggelayut sendu di atas langit kota Serang, seakan tak pernah merestui kedatangan kami, perwakilan dari Kantor Wilayah IV dalam acara Peringatan Hari Ulang Tahun bank bjb ke 55 di alun-alun kota Serang. Tampak koloni-koloni manusia bergerombol rapi dengan balutan busana adat lengkap dari berbagai provinsi di Indonesia. Berjalan beriringan menyusuri jalanan kota yang sudah dari Subuh diblokir pihak Polres Serang. Suasana gegap gempita sangat terasa, warga sekitar ikut meramaikan dengan menabuh kentongan yang memang sudah disiapkan jauh-jauh hari, berjejer di sepanjang jalan Sudirman hingga Jalan Ahmad Yani. Rombongan kami berjumlah 100 orang dengan mengangkat tema pakaian Adat Baduy yang sangat tersohor, alhasil kamipun menjadi pusat perhatian warga. Bukan hanya anak kecil dan remaja saja yang merespon, namun mayoritas orang dewasa juga ikut bahagia larut dalam suasana. Hiburan gratis yang bisa didapat seketika tanpa perlu diangsur untuk menikmatinya. Mengelilingi Pendopo Serang, Kantor Gubernuran, hingga pada akhir rute, kami bersama rombongan diarahkan menuju alun alun kota Serang yang sudah siap dengan berbagai macam hiburan, seperti kesenian, aneka kuliner lokal, pertunjukan band ibukota, demo marching band, atraksi debus, dan masih banyak yang lainnya.

Kebetulan di panggung utama, band papan atas Indonesia, The Changcuter sedang beraksi, namun kurang menarik bagiku, joged narsis di tengah-tengah kerumunan, tidak masuk dalam daftar hobby dan kegemaranku. Di sudut alun-alun tepat di samping pintu gerbang, beberapa warga tampak berkerumun. Akupun tak ingin ketinggalan, ada apakah gerangan di sana? Nalurikupun ikut mencari tahu. Benar sekali, tepat seperti dugaanku. Debus, kesenian fenomenal yang sudah terkenal seantero nusantara ikut dihadirkan, menyemarakkan pesta Ulang Tahun bank bjb ke 55. 
Seorang Pendekar Banten tengah memperagakan kesenian debus di tengah-tengah masyarakat
Semenjak 4 tahun yang lalu pertama kali aku dinas di Banten, selain ingin mengunjungi pemukiman Baduy, ada satu cita-cita yang belum terpenuhi, yaitu melihat secara langsung pertunjukan seni debus dari Banten. Banten selain terkenal dengan warganya yang agamis, dan daerahnya yang kental dengan budaya Islam, ternyata oleh sebagian masyarakat Indonesia, Banten dicap sebagai daerah asal santet, teluh, dan ilmu perdukunan. Whatever, apapun itu. Banten selalu memiliki penikmat loyalnya sendiri. 
Berbicara mengenai kesenian Debus, sebenarnya bukan hanya Banten saja yang memilikinya, namun daerah lain seperti Kalimantan dan pedalaman Sumatera juga memiliki kesenian serupa, hanya namanya saja yang berbeda. Kesenian debus Banten memadukan spiritual taste dan seni koreografi dalam setiap pertunjukkannya. Diiringi oleh musik gamelan yang ditabuh oleh 3 hingga 5 orang, adegan demi adegan mengandung trik dan recipe yang mampu membuat decak kagum bagi siapa saja yang menyaksikannya. Seperti halnya adegan membelah perut yang aku saksikan waktu itu. Seorang anggota padepokan Debus asal Labuan, Pandeglang, tidur terlentang di tengah-tengah kami, di sebelahnya sudah siap sebilah golok tajam dengan timun sebagai bahan trial. Dimulai dengan membaca mantera, seorang ahli Debus mencoba memotong timun tersebut dengan golok, seakan memamerkan bahwa golok tersebut asli dan juga tajam. kemudian dengan tenaganya yang kuat, si ahli Debus tersebut mulai mengiris-iris perut dan menghujamkan golok secara vertikal ke tubuh si korban. Siapapun yang menontonnya pasti dipaksa untuk menelan ludah dan menahan nafas. Tidak hanya sampai disitu, pemeran lain mendemonstransikan adegan yang lebih berbahaya. Menelan api. Adegan ini lebih ekstrim, api yang menyala di obor ditelan mentah-mentah, seolah olah itu adalah sate kambing yang baru disajikan di sebuah piring lengkap dengan sambal kecap pedas dan acar cuka. 
Seorang Pendekar Banten tengah melakukan demo menelan api

Itu hanya sebagian dari beberapa adegan yang dipertontonkan, sebenarnya masih banyak adegan lain yang lebih membuat decak kagum para penontonnya. Meminum air raksa, berjalan di atas bara api dan pecahan beling, memotong leher, menusuk bibir dan mulut menggunakan besi tajam, dan masih banyak lagi yang lainnya. 
Menelan api

Menurut informasi yang beredar luas di masyarakat Banten. Untuk bisa menjadi ahli debus, seseorang harus melakukan beberapa ritual khusus dengan melibatkan makhluk ghaib dengan perantara jin terlebih dahulu. Adapun beberapa ritual yang wajib dilaksanakan diantaranya, berpuasa selama 40 hari berturut turut, ritual bertapa di Gunung Julang Pandeglang, ritual menyembelih ayam berbulu hitam, dan mandi tengah malam di tujuh sumur yang dikeramatkan. Kesemuanya itu tidak boleh ada yang terlewatkan, dan apabila ada satu ritual yang ditinggalkan, maka ia harus mengulang dari awal. Tidak sedikit dari mereka yang gagal dalam melaksanakan ritual ini, bahkan beberapa dari mereka kehilangan kesadaran hingga menjadi gila karena ambisi yang besar, namun tidak diimbangi mental yang kuat. Bagi yang berhasil,  inilah saatnya mereka unjuk gigi di depan siapa saja yang ada di depannya.  Memakai baju dan ikat kepala serba hitam, merekapun layak disebut "Jawara Banten" atau "Pendekar Banten". Satu hal lagi yang tidak boleh ketinggalan dan wajib dibawa  oleh seorang Pendekar adalah sebuah golok. Golok sangat identik dengan Pendekar Banten. Salah satu daerah penghasil golok terkenal di Banten adalah daerah Ciomas, kabupaten Serang. Golok terbesar di duniapun ada di daerah ini. Golok sepanjang 7 meter dan berat 4 ton ini bernama Golok Salam Nunggal, ditempa dengan besi sakti berupa palu atau godam bernama si Denok. 
Itulah sekilas kisah seputar Debus Banten yang sangat melegenda hingga ke jagad Nusantara. Bagi orang asli Jawa Tengah,  hal ini merupakan  pengalaman menarik bagiku, dapat mempelajari kearifan lokal budaya Banten secara langsung. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar